• Gua Maria Paroki Lodalem
  • Pelayanan Sakramen Ekaristi
  • Altar Paroki Lodalem
  • Perayaan Ekaristi

Kisah Lodalem dan Lokasi Gereja

Posted on 12:28 AM by paroki_lodalem

Sepenggal Kisah tentang Lodalem dan Lokasi Gereja

(Bpk. Misidianto)

Anggapan warga masyarakat Arjowilangun, khususnya para penatua yang ada pada saat itu (seperti Bpk. Tun Tawar dan Bpk. Kamat) mengatakan bahwa tanah lokasi berdirinya Gereja termasuk tanah keramat atau angker. Dengan pandangan yang demikian, tidak ada masyarakat yang berani mendirikan rumahnya di tempat tersebut. Mereka yakin pada saat itu bahwa lokasi Gereja ini adalah tempat pusat kerajaan lelembut atau roh halus, ada jalan raya ke arah Brongkos-Kesamben-Blitar. Dan di lokasi ini terdapat sumber air tanah yang cukup besar dan ditumbuhi pohon rindang yang cukup besar. Semua itu melengkapi anggpan tanah keramat tersebut.

Di sisi lain, Lodalem disebut pasar dukun, yaitu tempat melunasi nazar warga dan hewan yang sakit. Dapat dilihat bahwa setiap hari jumat pahing pasar lodalem ramai dengan para pedagang serta penduduk yang berdatangan untuk melunasi nazarnya tersebut. Lembu-lembu yang sakit yang telah menjadi sembuh dibawa ke pasar Lodalem dengan ditandai membeli bunga dan mengalungkan kerupuk pada leher sapi tersebut. Hal ini dilakukan sebagai tanda pelunasan nazar, setelah itu, barulah sapinya dibawa pulang kembali

Menurut sejarahnya, yang menjadi pamong dusun Lodalem sekaligus menjadi orangtua adalah Eyang Bolo dan Eyang Reso yang menjadi ahli penyembuh hewan yang sakit. Pada saat peperangan antara Adipati Blitar melawan Adipati Sengguruh banyak pasukan yang terluka dan dirawat oleh Eyang Reso dan Bolo di Lodalem (rumah yang ditempati kaum terhormat). Pada saat perang kles I dan II sekitar tahun 1948 Lodalem menjadi tempat pengungsian. Tempat latihan baris-berbaris pasukan terletak di sebelah utara Lodalem yang sekarang disebut dusun Barisan. Karena hal inilah maka Lodalem terkenal sebagai pasar dukun. Sampai sekarang, dusun Lodalem menjadi bagian dari dusun Arjowilangun yang terdiri dari 5 pedusunan yaitu Duren, Pangganglele, Lotekol, Barisan dan Lodalem sendiri. Dahulu, yang menjadi pemimpin desa adalah Ki Demang Mertowijoyo yang petilasannya masih menjadi saksi sejarah sampai saat ini. Seperti Tanah Ngampel di Lodalem, Punden di Barisan, Sanggar dan Paron di Pangganglele serta Sumbersuko di Lotekol sedangkan di Duren disebut tanah Ngandong-Gurit.

Almarhum Rm. G.J.A. Lohuis, O. Carm mencari tempat untuk mendirikan gedung gereja. Sebenarnya beliau ditawari tanah sebelah Timur pasar Lodalem seluas 1 hektar dan strategis, tetapi beliau mencari tanah di sebelah Selatan pasar Lodalem dan mendapatkan tanah yang disebut masyarakat angker tersebut. Di sinilah didirikan gereja yang berbentuk salib dan pastoran tempat romo berdiam untuk menggembalakan umat. Oleh karena para imam sebagai wakil Kristus diberi kuasa untuk mengusir roh-roh jahat, maka masyarakat berpendapat bahwa hanya para romolah (priyayi agung) yang mampu mendiami tanah tersebut. Jika kita maknai, dapat dikatakan bahwa Lodalem menjadi pasar dukun untuk manusia dan hewan yang sakit, mencari dukun sejati yaitu Kristus sendiri yang menyembuhkan sakit rohani (cacat jiwa karena dosa) serta sakit jasmani kita. Lewat sakramen-sakramen gereja, cacat dosa manusia disembuhkan. Karya penyembuhan jasmani dan rohani ini didukung dengan hadirnya Balai Pengobatan Panti Rahayu

Kita pantas bersyukur kepada Bapa yang Mahakasih karena Lodalem menjadi pusat penggembalaan umat dan menjadi paroki Maria Annunciata sejak 21 juli 1971 sampai sekarang dan Romo G.J.A. Lohuis O. Carm tetap menyertai umatnya sampai kebangkitan badan pada akhir zaman. Secara jasmani dan rohani ini bisa dirasakan umat dengan kehadiran makam beliau di samping gereja paroki.

Semoga paguyuban umat beriman paroki Maria Annunciata Lodalem terus berkembang menjadi umat beriman yang militan, mandiri, dan berdaya guna. Amin



SEPENGGAL KISAH ROMO G.J.A. LOHUIS O. CARM

Beliau adalah sosok imam karmelit misionaris yang sangat rajin membina dan melayani umat serta rajin berdoa khusuk sehingga semua tamu diharap sabar menunggu selesainya beliau berdoa. Sikap kebapaan, persaudaraan, serta kepemimpinannya tampak nyata dalam penggembalaan umat maupun pelayanan masyarakat.



A. Bidang Penggembalaan Umat

Secara rohani umat dilayani dengan pelajaran agama, rekoleksi dan ekaristi kudus yang terjadwal secara teratur. Untuk memudahkan pelayanan tersebut umat dibagi dalam beberapa kelompok mulai dari Kaliombo Timur, Kaliombo Barat (Umbulsari), Kalitelo, Tumpakrejo, Sumberpucung, Pangganglele, Barisan Utara dan Selatan, Sidodadi, Kedungwaru dan Lotekol. Para guru katolik dan katekis melayani umat lewat Legio Maria. Mereka bertugas mengunjugi umat dan mengajar agama para calon baptis. Hasilnya tampak dalam pembaptisan massal sampai ratusan orang, seperti di Kedungwaru dan Tumpakrejo. Kita bersyukur karena Allah memanggil calon-calon baptis saat itu. Jumlah umat yang cukup besar didirikan kapel, seperti di Tumpakrejo yang pembangunannya bersamaan dengan Gereja Salib di Lodalem yang kemudian menjadi pusat paroki.



B. Bidang Pendidikan

Beliau sangat memperhatikan generasi muda masa depan gereja dengan mendirikan sekolah formal yaitu SDK Sidodadi, SMPK Arjowilangun dan SMPK Sumberpucung di bawah naungan Yayasan Karmel Keuskupan Malang. Beliau sendiri aktif mengajar di sekolah dengan dibantu seorang katekis keuskupan yang ditugaskan di Paroki Lodalem. Dari beberapa murid ini, ada yang menjadi imam, suster dan juga guru. (contohnya, Romo Adrianus Pristiono, O.Carm dan Suster Helena, P.Karm).


C. Bidang Ekonomi Umat

Situasi dan kondisi umat di era tahun 1960-an sangat memprihatinkan. Secara ekonomi setiap tahun pasti mengalami masa paceklik, sehingga umat kekurangan bahan makanan. Maka beliau mendirikan kumpulan petani pancasila yang bertugas memberi penyuluhan kepada umat cara bertani yang benar mulai dari pengolahan tanah, benih, pola tanam dan pemupukan yang baik. Beliau juga mendirikan lumbung paceklik di kelompok-kelompok umat. Setiap panen umat diharuskan menyisihkan sedikit hasil panen dan dikumpulkan bersama serta disimpan sebagai persiapan musim paceklik, sehingga pada musim paceklik tersebut umat dapat memanfaatkannya dengan sistem meminjan dan harus mengembalikan pada musim panen berikutnya. Dalam hal pakaian pun, beliau mengusahakan pakaian bekas yang jumlahnya besar dan dibagikan kepada umat secara gratis sebab harga pakaian saat itu tidak terjangkau oleh umat.



D. Bidang Kesehatan

Setiap kali bertugas melayani umat beliau mengajak tenaga kesehatan dari Suster Misericordia yang selalu siap obat dan tenaganya. Khusus di stasi Arjosari-Ajowilangun, beliau bekerjasama dengan RS. Panti Waluya menyediakan tenaga perawat yang selalu siap melayani umat. Dalam perkembangannya setelah berdirinya paroki, didirikan rumah kesehatan permanen sebagai balai pengobatan yang disebut Panti rahayu Lodalem sebagai cabang RS. Panti Waluya Malang. Balai Pengobatan tersebut secara resmi diberkati oleh Bpk. Uskup Mgr. FX. Hadisumarto O. Carm, Uskup Malang pada tahun 1975.



E. Persiapan Paroki Baru

Ketika Romo G.J.A. Lohuis O. Carm akan cuti ke Netherland (Belanda) selama 10 bulan sambil berobat untuk memulihkan kesehatannya, beliau berpesan kepada katekis agar mempersiapkan umat untuk menyambut berdirinya paroki sendiri, Lodalem akan dijadikan pusat paroki. Beliau juga mengatakan akan menjadi pastor paroki pertama sepulang dari cutinya. Sebagai persiapan, terutama gedung gereja yang berbentuk salib segera harus diselesaikan pembangunannya. Dengan semangat kerja bakti, umat secara bersama-sama menyelesaikan bangunan gereja tersebut, tepatnya menjelang Natal pada tahun 1970. Rm. Pius Budiwijoyo, Ocso sebagai pastor pembantu saat itu sudah dapat mempersembahkan misa di gereja yang baru diselesaikan tersebut, pada malam Natal dan Natal pagi pada tahun 1970.



Pada tanggal 27 Juni 1971 gedung gereja diberkati oleh Uskup Malang Mgr. A.E.J. Albers O. Carm. Pemotongan pita dilakukan oleh Bpk. Camat Kalipare yaitu Bpk. Wigyo Koyo Wardoyo. Dengan demikian umat telah dapat mengikuti ekaristi kudus setiap hari minggu di Rumah Tuhan.


Tepat pada tanggal 21 Juli 1971, misa kudus pelantikan alm. Romo G.J.A. Lohuis O. Carm sebagai pastor paroki pertama dipimpin oleh Uskup Malang Mgr. A.E.J. Albers O. Carm dihadapan seluruh umat. Demikianlah stasi Arjosari-Arjowilangun menjadi Paroki sendiri dengan pelindung St. Maria Annunciata yang meliputi kecamatan kalipare dan Sumberpucung.




No Response to "Kisah Lodalem dan Lokasi Gereja"

Leave A Reply