Asal usul dan kembalinya ciptaan Tuhan
Posted on 12:32 AM by paroki_lodalem
Asal usul dan kembalinya ciptaan Tuhan
(Sangkan Paran Ning Dumadi)
Bpk. Melqior Gino Ut
Sebagai seorang guru tamatan SGB pada waktu itu, saya mengajar anak-anak yang ada di salah satu sekolah Yayasan Karmel di Tambak Rejo, Donomulya. Sepertinya sudah rencana Tuhan, saya tidak mengabdi sepenuhnya di daerah ini. Hal ini berawal ketika SDK Sidodadi meminjam saya (istilah saat itu) untuk mengajar di tempat ini.
Saya merasa lebih senang ketika pertama kali mengajar di Sidodadi. Meskipun kami mengajar di rumah yang dipinjam menjadi sekolah saat itu, saya merasa sangat bergairah dan lebih dibutuhkan di tempat ini. Saya merasa semua pendidikan atau pengajaran mengajak manusia untuk lebih mengenal siapa dirinya, tujuan hidupnya di dunia ini dan tujuan akhir setelah beralih dari dunia ini. Karena itu, saya selalu menekankan pentingnya ilmu ketuhanan untuk melengkapi ilmu-ilmu lainnya.
Pada malam, satu kali seminggu, saya selalu memberikan pengajaran ilmu ketuhanan kepada para murid yang mau saya didik. Dan bentuknya adalah perkelompok sesuai dengan dengan kelompoknya. Luar biasanya, ketika anak-anak ini saya ajari di dalam rumah, para orangtua banyak yang berkumpul di depan rumah untuk mendengarkan. Ilmu yang saya ajarkan inilah yang oleh masyarakat setempat dinamakan dengan ‘Sangkan Paran ning Dumadi’.
Saya merasa punya kekuatan baru melihat rasa ingin tahu masyaraktat pada saat itu. saya semakin diteguhkan bahwa banyak orang di tempat ini mengalami kehausan akan kebenaran Tuhan, kebenaran ciptaan dan arah tujuan kehidupan manusia di dunia ini.
Saya mengajar dan memberikan ilmu ketuhanan kepada siapa saja dengan menceritakan kisah-kisah yang ada dalam Perjanjian Lama. Bagaimana para Nabi dipanggil Tuhan dan dipakai untuk menjadi alat-Nya. Para Nabi dipilih, diberi keberanian untuk memberikan kesaksian hidup akan Allah yang benar tanpa pamrih atau imbalan, tetapi Tuhan memberi ganjaran abadi di surga. Mereka kadang-kadang ditolak, tetapi tidak menyerah dan selalu mencari cara bagaimana agar semakin banyak orang yang mengenal Tuhan
Saya selalu mencari setiap umat katolik yang ada di kecamatan Kalipare ini. Saya memasuki semua kegiatan organisasi yang ada pada saat itu. Bergaul dengan semua golongan dan agama yang ada. Bahkan, terkadang saya juga ikut minum dengan masyarakat yang biasa minum (tayup). Semua itu saya lakukan agar lebih dekat dan lebih bisa masuk kepada semua orang dan golongan.
Yesus pun berbuat hal yang sama. Ia mengajar dengan berbuat, tidak hanya bersabda tetapi langsung masuk dalam kehidupan budaya di mana Dia berkarya. Ini dilakukanNya untuk bersatu dengan manusia dan akhirnya bisa membawa manusia bersatu dengan BapaNya.
Setelah mengalami 40 tahun sebagai warga paroki Maria Annunciata, bagaimana cara kita agar bisa mengalami kesatuan dengan Allah (manunggaling kawula lan gusti)? Tentulah harus menyediakan waktu untuk menghadiri perayaan ekaristi. Tidak ada pilihan lain. Kesatuan manusia paling nyata dengan Allah adalah dalam perayaan ekaristi, ketika kita menyambut Tubuh PuteraNya. Inilah cara kita untuk menunjukkan besarnya rasa cinta dan kerinduan kita kepada Allah, selain perlunya kesaksian hidup kita yang nyata.
(Sangkan Paran Ning Dumadi)
Bpk. Melqior Gino Ut
Sebagai seorang guru tamatan SGB pada waktu itu, saya mengajar anak-anak yang ada di salah satu sekolah Yayasan Karmel di Tambak Rejo, Donomulya. Sepertinya sudah rencana Tuhan, saya tidak mengabdi sepenuhnya di daerah ini. Hal ini berawal ketika SDK Sidodadi meminjam saya (istilah saat itu) untuk mengajar di tempat ini.
Saya merasa lebih senang ketika pertama kali mengajar di Sidodadi. Meskipun kami mengajar di rumah yang dipinjam menjadi sekolah saat itu, saya merasa sangat bergairah dan lebih dibutuhkan di tempat ini. Saya merasa semua pendidikan atau pengajaran mengajak manusia untuk lebih mengenal siapa dirinya, tujuan hidupnya di dunia ini dan tujuan akhir setelah beralih dari dunia ini. Karena itu, saya selalu menekankan pentingnya ilmu ketuhanan untuk melengkapi ilmu-ilmu lainnya.
Pada malam, satu kali seminggu, saya selalu memberikan pengajaran ilmu ketuhanan kepada para murid yang mau saya didik. Dan bentuknya adalah perkelompok sesuai dengan dengan kelompoknya. Luar biasanya, ketika anak-anak ini saya ajari di dalam rumah, para orangtua banyak yang berkumpul di depan rumah untuk mendengarkan. Ilmu yang saya ajarkan inilah yang oleh masyarakat setempat dinamakan dengan ‘Sangkan Paran ning Dumadi’.
Saya merasa punya kekuatan baru melihat rasa ingin tahu masyaraktat pada saat itu. saya semakin diteguhkan bahwa banyak orang di tempat ini mengalami kehausan akan kebenaran Tuhan, kebenaran ciptaan dan arah tujuan kehidupan manusia di dunia ini.
Saya mengajar dan memberikan ilmu ketuhanan kepada siapa saja dengan menceritakan kisah-kisah yang ada dalam Perjanjian Lama. Bagaimana para Nabi dipanggil Tuhan dan dipakai untuk menjadi alat-Nya. Para Nabi dipilih, diberi keberanian untuk memberikan kesaksian hidup akan Allah yang benar tanpa pamrih atau imbalan, tetapi Tuhan memberi ganjaran abadi di surga. Mereka kadang-kadang ditolak, tetapi tidak menyerah dan selalu mencari cara bagaimana agar semakin banyak orang yang mengenal Tuhan
Saya selalu mencari setiap umat katolik yang ada di kecamatan Kalipare ini. Saya memasuki semua kegiatan organisasi yang ada pada saat itu. Bergaul dengan semua golongan dan agama yang ada. Bahkan, terkadang saya juga ikut minum dengan masyarakat yang biasa minum (tayup). Semua itu saya lakukan agar lebih dekat dan lebih bisa masuk kepada semua orang dan golongan.
Yesus pun berbuat hal yang sama. Ia mengajar dengan berbuat, tidak hanya bersabda tetapi langsung masuk dalam kehidupan budaya di mana Dia berkarya. Ini dilakukanNya untuk bersatu dengan manusia dan akhirnya bisa membawa manusia bersatu dengan BapaNya.
Setelah mengalami 40 tahun sebagai warga paroki Maria Annunciata, bagaimana cara kita agar bisa mengalami kesatuan dengan Allah (manunggaling kawula lan gusti)? Tentulah harus menyediakan waktu untuk menghadiri perayaan ekaristi. Tidak ada pilihan lain. Kesatuan manusia paling nyata dengan Allah adalah dalam perayaan ekaristi, ketika kita menyambut Tubuh PuteraNya. Inilah cara kita untuk menunjukkan besarnya rasa cinta dan kerinduan kita kepada Allah, selain perlunya kesaksian hidup kita yang nyata.
No Response to "Asal usul dan kembalinya ciptaan Tuhan"
Leave A Reply